VULKANISME SEBAGAI PENYUBUR TANAH

Pemanfaatan sistem satuan geomorfologi di bidang pertanian
“VULKANISME SEBAGAI PENYUBUR TANAH”
(A’isatur Rahmah Aprilia / 1625010120)

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Proses geomorfologi terjadi karena adanya suatu gaya endogen dan eksogen. Gaya endogen merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi dapat bersifat cepat terjadi dan lambat terjadi. Contoh fenomena alam akibat adanya gaya endogen yang terjadi secara cepat adalah gempa bumi dan gempa vulkanik. Gempa vulkanik terjadi karena adanya gunung api yang meletus atau mengeluarkan magma. Gunung merapi terbentuk karena adanya lubang di permukaan bumi yang mengeluarkan magma dari dalam bumi. Material yang dikeluarkan tersebut dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Dampak positif dari vulkanisme ini adalah tanah disekitar gunung api menjadi subur.

Bentukan Asal
Secara umum bentukan asal geomorfologi di Indonesia dapat dibedakan atas delapan bentukan asal, yaitu :
a.   Bentukan Asal Vulkanik ( Form Of Volcanic Origin)
Bentukan ini bersal drai aktifitas gunung apai dan intrusi magma, baik berupa akumulasi material lepas (piroklastik) seperti lava, ladu, ataupun abu volkanik serta intrusi magma lainnya.
b.   Bentukan Asal Struktural (Form Of Structural Irigin)
Bentukan ini merupakan bentuk yang dihasilkan pleh struktural geologi, mulai drai kenampakan yang besar dan dominan sampai kenampakan yang kecil yang berpengaruh pada masing-masing bentukan.
Ada dua tipe utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu :
1)  Struktur aktif, yaitu bentuk yang dihasilkan merupakan bentukan baru.
2)  Struktur tidak aktif yaitu bentukan lahan yang dihasilkan dipengaruhi oleh perbedaan erosi masa lalu.
c.   Bentukan Asal Denudasional (Form Of Denudational Origin)
Bentukan ini terjadi karena gradasi yang meliputi prosese agradasi dan degradasi. Proses ini bila berlangsung dalam waktu lama dapat merubah permukaan bumi menjadi suatu dataran yang seragam. Dalam perubahan bentul permukaan bumi proses yang paling dominan adalah proses degradasi yang ditunjukan oelh hilangnya lapisan demi lapisan dari permukaan bumi akibat terjadinya pekapukan batuan yang terangkut oleh erosi dan longsoran. Bentukan lain dari proses denudasioanl adalah agradasi, yaitu berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi.
d.   Bentukan Asal Kart / Karstik (Form Of Karst / Karstic Origin)
Bentukan ini tersususn dari batuan yang terdiri atas batuan kapur yang bersifat mudah larut oleh air secara alamiah baik oleh aliran permukaan, aliran vertikal ataupun aliran di bawah permukaan.
e.   Bentukan Asal Glasial (Form Of Glacial Orogin)
Bentukan ini dicirikan oleh akumulasi hamparan es yang terjadi pada daerah dengan temperatur di bawah -4oC.
f.    Bentukan Asal Angin (Form Of Aeolin Origin)
Bentukan ini terjadi karena aktifitas tenaga angin.
g.   Bentukan Asal Aluvial (Form Of Fluvianl Orogin)
Bentukan ini merupakan hasil proses fluvial dengan bahan induk berupa luvium sampai koluvium serta berumur relatif muda.
h.   Bentukan Asal Marin (Form Of Coastal Origin)
Bentukan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai aktifitas-aktifitas air laut, angin laut, gelomang, dan pasang surut laut sehingga termasuk salah satu bentuk yang dapat mengalami perubahan cepat.

Proses Terbentuknya Gunung Api


Tenaga tektonik dapat mengakibatkan gejala vulaknisme. Vulkanisme merupakan fenomena alam yang berhubungan dengan aktivitas keluarnya magma ke permukaan bumi. Keluarnya magma ini dapat membentuk menjadi gundukan atau timbunan kerucut yang tersusun atas batuan beku lelehan atau bahan gunung api lepas (piroklastik) yang biasa disebut Vulcano (Gunung Api). Proses keluarnya magma ke permukaan bumi akibat tekanan dari dalam bumi melalui celah atau lubang disebut erupsi gunung api. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempang. Beberapa gunung api ditemukan berada di tengah lempeng yang disebabkan oleh tersumbatnya panas di kerak bumi gejala ini disebut titik panas (hotspot). Jadi dapat diketahui bahwa gunung api terbentuk akibat adanya lubang di permukaan bumi yang mengeluarkan magma dari dalam bumi akibat adanya tumbukan antar lempeng.
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan gunung api. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung api.
Berdasarkan proses terjadinya vulkanisme dibagi dalam 3:
1.    Vulkanisme letusan : dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang tinggi dan terjal.
2.   Vulkanisme lelehan : dikontrol oleh magma yang bersifat basa sedikit mengandung gas, magma encer, dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api yang rendah.
3.  Vulkanisme campuran : dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunung api strato.

Terbentuknya Gunung Api di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai gunung api terbanyak di dunia. Deretan gunung api tersebut berada dalam jalur tektonik yang memanjang dari pulau Sumatra , jawa, nusa tenggara, kepulauan Banda, Halmahera, dan kepulauan Sangid Talaud. Berkumpulnya gunung api di Indonesia karena Indonesia tepat berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik raksasa yakni lempeng pasifik, Hindia Australia, dan Eurasia.

Wilayah sepanjang garis pertemuan ini dikenal dengan sebutan busur Cincin Api Pasifik. Persebaran gunung berapi di Indonesia dapat dilihat dalam peta persebaran gunung berapi di bawah ini. Gunung berapi disekitar pulau jawa dan Sumatra terbentuk akibat pertemuan atau tumbukan lempeng Hindia Australia dengan lempeng Eurasia. Adapun gunung berapi di sebelah utara pulau jawa terbentuk akibat tumbukan lempeng Pasifik dan Eurasia. Lempeng raksasa ini terus bergerak sepanjang waktu. Setiap tarikan atau tumbukan lempeng berpengaruh terhadap aktivitas vulkanik gunung di sepanjang garis lempeng ini. Sering kali gempa tektonik akibat pergeseran lempeng menimbulakan pula gempa vulkanik dalam perut gunung. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa gesekan anatara batuan yang disertai panas tinggi dapat memicu peningkatan energi cairan dalam perut gunung yang berbentuk gas, magma atau uap.
Peningkatan energi akibat pergerakan lempeng inilah yang disebut aktivitas gunung berapi. Sepanjang pergerakan lempeng terus terjadi maka sepanjang itu pula semua gunung berapi di Indonesia yang terpancang diatasnya akan terus menggeliat aktivitasnya dan kelak tentu akan meletus. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa naik turunnya tingkat aktivitas suatu gunung akan seiring dengan  efek pergerakan lempeng di bawahnya. Oleh sebab itu secara tiba-tiba status gunung bisa berubah-ubah yaitu meningkat menjadi waspada atau malah menurun menjadi aktif kembali.


Material Keluaran Gunung Berapi
Material yang dikeluarkan saat terjadi erupsi atau meletusnya gunung api ada bermacam-macam. Secara umum kita akan menggolongkannya menjadi tiga macam, yakni material cair, padat dan gas.
a.   Material Cair
Magma yang terkandung di dalam dapur magma akan keluar ke permukaan bumi dalam keadaan cair bila saat keluarnya magma tersebut tidak ada hambatan atau tidak tersumbat. Material cair tersebut antara lain:
1)  Lava adalah magma yang meleleh keluar dari gunung api.
2)  Lahar panas merupakan campuran magma dan air yang kemudian mengalir seperti lumpur panas.
3)  Lahar dingin merupakan campuran material padat (Efflata) dan air hujan yang kemudian menjadi lumpur yang mengalir menuruni lereng gunung.
b.  Material Padat (Efflata)
Material padat yang dikeluarkan oleh gunung api saat meletus atau terjadinya erosi antara lain bom (batu besar), terak (batu yang ukurannya tidak beraturan & lebih kecil dari bom), lapili (kerikil), debu, batu apung dan pasir. Material padat itu sendiri berasal dari dua kemungkinan, yaitu:
1)    Efflata allogen, yakni material padat yang berasal dari batu-batuan di sekitar kawah yang ikut terlempar ketika terjadi letusan gunung api.
2)    Efflata autogen (Pyroclastica), yaitu material yang terbentuk dari magma yang membeku akibat pendinginan.
c.   Material Gas (Ekshalasi)
Material gas yang dikeluarkan oleh gunung api saat terjadi letusan antara lain:
1)    Fumarol, berbentuk uap air (H2O).
2)    Solfatar, berbentuk gas belerang (H2S).
3)    Mofet, berbentuk gas asam arang (CO2). Mofet merupakan gas beracun. Massa jenis yang lebih berat daripada massa oksigen membuat mofet bisa beredar tak jauh dari permukaan bumi akibatnya memiliki peluang yang besar akan terhirup oleh makhluk hidup.

Vulkanisme yang menyuburkan tanah


Aktivitas vulkanisme dapat mempengaruhi kesuburan tanah karena vulkanisme ini mengeluarkan material-material yang terkandung di dalam perut bumi. Saat peristiwa vulkanisme terjadi, abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung mengandung banyak material yang bisa membuat tanah menjadi subur. Awalnya memang abu ini bersifat merusak tanaman karena menutupi tanaman. Namun pada jangka waktu satu hingga dua tahun, tanah ini akan menjadi subur. Dan dalam jangka waktu yang lebih lama, tanah ini akan semakin subur. Hal ini karena abu vulkanik yang dikeluarkan pada saat peristiwa vulkanisme ini mengandung banyak unsur hara yang dapat menjadikan tanah menjadi subur.